Senin, 15 Februari 2010

MEMPUNYAI NALURI BISNISKAH ANDA??

Sumber: Google



Naluri seorang pembisnis yang akan saya ceritakan disini adalah dilihat dari sisi keuangannya atau istilah kerenya adalah cost. Kalau dilihat dari contoh misalnya adalah sebagai berikut. Di kampungku tepatnya di depan pasar ada seorang penjual pisang molen. Dulu ketika aku kecil penjual molen itu sudah ada, dagangannya laku dan banyak pembeli, harganya masih seratus rupiah per molennya. Beberapa tahun kulihat penjual molen itu masih ada, mungkin perbedaanya terletak pada harga molen yang naik menjadi dua ratus rupiah permolen, selebihnya sama. Pembelinya masih lumayan banyak. Tapi beberapa tahun kemudian kulihat penjual molen itu masih ada tepat di depan pasar agaknya menjadi sepi pembeli. Variasi molennya pun masih terlihat sama ketika dulu aku kecil. Entah harganya menjadi berapa rupiah.

Ada alasan yang mungkin tepat untuk menjawab soal itu. Jawabannya adalah Total Financial Requirement (TFR).

TFR terdiri dari:

1. Cost of doing business


2. Cost of staying in business


3. Cost of changing business, etc

Mungkin penjual molen itu hanya menerapkan prinsip nomer 1 dan nomer 2. Tetapi belum ke prinsip nomer 3. Yaitu tidak ada Cost of changing business. Sehingga tidak ada variasi bisnis yang dibuat. Harusnya perlu adanya variasi bisnis, pengembangan tempat usaha, dan pasar pembeli yang lebih besar.

Kasus penjual molen itu akan berbeda dengan kasus dibawah ini.

Pak Z adalah seorang pengusaha tabung oksigen yang usahanya tergolong sukses. Hal yang membuat kurang sukses karena Pak Z masih punya hutang penangguhan sertifikat rumahnya yang ada di bank untuk melunasi pembelian besi sebesar 7 juta yang harus dibayar tiap bulan kepada pihak Bank beberapa bulan sampai lunas. Pak Z ini ternyata telah memiliki keluarga dengan istri bernama Bu Y. Suatu hari Pak Z menyampaikan sesuatu kepada Bu. Bahwa Pak Y ingin mengembangkan usaha baru lagi yaitu usaha tabung gas LPG dengan modalnya adalah pinjam dari bank juga. Tentu saja Bu Y tidak sepakat tentang hal tersebut. Bu Y malah berpikir seharusnya hutang2nya di bank yang sebesar 7 juta itu dilunasi dahulu baru setelah itu mengembangkan usaha baru lagi. Dan modalnya tidak pinjam dari pinjam bank melainkan dari uang sendiri. Agaknya Pak Z tidak mempedulikan hal tersebut karena dirasa terlalu lama untuk menunggu berbulan-bulan. Beliau tetap meminjam uang kepada Bank lagi dengan tidak mempedulikan utangnya yang telah ada di bank untuk memperluas usahanya di bidang penjualan gas LPG.

Contoh sederhana diatas sebenarnya menggambarkan kalau Pak Z memiliki naluri berbisnis alias naluri entrepreneur. Jadi intinya naluri entrepreneur akan berani berpikir, berhutang untuk memperluas usahanya. Berbeda dengan Bu Y yang menentang hutang lagi dan sebaiknya hutang yang ada dilunasi terlebih dahulu.

Pelajaran lain yang dapat diambil dari tulisan contoh kasus diatas yaitu memiliki naluri pembisnis saja belum cukup untuk bisa sukses. Misalnya saja kalau dilihat dari contoh diatas bila usaha tabung LPG yang akan dkembangkan Pak Z mengalami kerugian bukan untung dan sukses yang didapat, hasilnya malah beban utang yang semakin menumpuk di Bank.

Naluri menjadi seorang pembisnis merupakan dasar untuk tingkat langkah selanjutnya. Pemikiran-pemikiran strategis khususnya berupa manajemen biaya perlu untuk dipraktekkan agar bisnis yang dapat dilakukan menjadi sukses berikutnya. Mulai dari memiliki naluri seorang pembisnis. Memiliki naluri bisniskah Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar